Fenomena Sepinya Gereja di Eropa
Kosongnya gereja di negara-negara Eropah sudah berlangsung cukup lama walaupun tidak semuanya dan hal ini terjadi seiring dengan pergeseran pandangan menjadi sosialis dan liberal. Sehingga gereja bukan lagi sebegai tempat ibadah karena mereka menganggap beribadah boleh dimana saja dan akhirnya bukan hanya beribadah boleh dimana ssaja akan tetapi beribadah boleh kapan saja. Pemikiran Kristianiti disejajarjan dengan intelektualitas.
Dibalik sana immigrant “Islam” mulai mendominasi kalau orang Eropah membatasi kelahiran maka mereak jor-joran beranak pinak kebalikan.
Akan tetapi ini bukanlah gambaran kebangkitan “Islam” dalam kontek penguasaan Eropah atau Barat. Sekarang orang lebih belajar mengenai Islam, termasuk oleh para “Islam” sendiri dan jangan salahkan bila mereak mulai melihat banyak penyimpangan dan men made rule. Walaupun hal ini dipertahankan secara radikal akan tetapi tak akan mampu bertahan karena kita berhadapan dengan manusia-kehidupan-budaya-pemikiran- kebebasan.
Kita kembali ke pemikiran Ki hajar Dewantoro: “Yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah bahwa manusia itu berbudaya, sedangkan makhluk lainnya tidak berbudaya”, pemikiran beliua terisnpirasi juga dengan pemikirian saudara lainnya di Eropah dan Aiuas dalam hal ini India saar beliau menimba Ilmu. Sebagian orang suka memotong-motong apa saja yang memuaskan mereka walaupun menjadi out of context.
Kutipan anda dibawah ini bukannya nalantur bukan pula salah akan tetapi memang anda tidak tahu sama sekali”
Di Amerika kekuatan "Sayap kanan" sekarang menjadi sosok, yang menjelma sebagai sebuah sosok, yang sangat puritan, dan menolak setiap pendekatan kepada Islam dan umat Islam. Sosok Partai Republik, yang konservatif itu, digantikan dengan kekuatan politik baru, yang lebih ekstrim, yaitu "Tea Party".
"Tea Party" menolak setiap pendekatan dan kompromi dengan Islam dan umat Islam. Pandangan-pandangannya sangat konservatif terhadap Islam dan umat Islam dalam pengertian yang negatif. Karena itu, para pemimpin "Tea Party" terus mendorong kebijakan luar negeri Amerika Serikat dengan pendekatan yang bersifat "konfrontatif" terhadap dunia Islam, yaitu perang.
Tea Party tidak ada hubungannya dengan ISLAM. Tapi kalau Islam itu akan merusak konstitusi maka bagi mereka No Compromise or Zero Tolerance.
Sama dengan Indonesia kalau rakyat memegang teguh Dasar Negara Pancasila maka tak akan terjadi kekacauan membawa-bawa agama dan aka nada pembunuhan sadis atas dasar agama.
Dibalik sana immigrant “Islam” mulai mendominasi kalau orang Eropah membatasi kelahiran maka mereak jor-joran beranak pinak kebalikan.
Akan tetapi ini bukanlah gambaran kebangkitan “Islam” dalam kontek penguasaan Eropah atau Barat. Sekarang orang lebih belajar mengenai Islam, termasuk oleh para “Islam” sendiri dan jangan salahkan bila mereak mulai melihat banyak penyimpangan dan men made rule. Walaupun hal ini dipertahankan secara radikal akan tetapi tak akan mampu bertahan karena kita berhadapan dengan manusia-kehidupan-budaya-pemikiran- kebebasan.
Kita kembali ke pemikiran Ki hajar Dewantoro: “Yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah bahwa manusia itu berbudaya, sedangkan makhluk lainnya tidak berbudaya”, pemikiran beliua terisnpirasi juga dengan pemikirian saudara lainnya di Eropah dan Aiuas dalam hal ini India saar beliau menimba Ilmu. Sebagian orang suka memotong-motong apa saja yang memuaskan mereka walaupun menjadi out of context.
Orang Amerika tak perlu mengadakan pendekatan dengan Islam maupun Kristen, Budha, Hindu. America is a free country, satu-satunya negara yang mau berkorban demi kebebasan termasuk kebabasan bangsa Indonesia dari penjajah. Coba pahami Pledge of Allegiance:”I pledge allegiance to the flag of the United States of America, and to the republic for which it stands, one nation under God, indivisible, with liberty, and justice for all”.
Bagi mereka Tuhan itu Sang Pencipta, Maha Besar dan Maha Pengasih dan yang menjadi persoalan adalah memaksakan kehendak termasuk membunuh dengan membawa nama Tuhan. Jangan salahkan mereka kalau bertanya Tuhan Islam itu Tuhan yang mana? Karena mereka orang “berbudaya” maka mereka melihat lebih luas “Islam yang mana”?
Kalau anda mau belajar maka anda akan tahu riwayat terbentuknya Tea Party itu di Boston prinsipnya adalal small government and lower tax. Kembali ke konsitusi yaitu “we the people”. People is not subject to government but government is subject to the people.
Mereka kembali muncul akibat Obamacare dan Stimulust paket yang gagal total. Mereka bereaksi melihat pemerintah yang korup.
Mereka tidak anarkis karena itu tadi berbudaya, akan tetapi ditakuti. Mereka adalah rakyat yang menyapu bersih korupsi, mereaka bukan hanya republican akan tetapi termasuk semuanya ada democrat ada independent. Tea Party menjadi harapan rakyat. Oleh tindakannya membela negara mereak dihujat oleh left wing media, kaum liberal lainnya akan tetapi hal ini tak menurutkan mereak, karean mereka adalah “pejuang” yang setia bagi bangsa dan negaranya sejak awal bahkan sebelum perang kemerdekaan, sebelum terbentunya United States of America.
Kutipan anda dibawah ini bukannya nalantur bukan pula salah akan tetapi memang anda tidak tahu sama sekali”
Di Amerika kekuatan "Sayap kanan" sekarang menjadi sosok, yang menjelma sebagai sebuah sosok, yang sangat puritan, dan menolak setiap pendekatan kepada Islam dan umat Islam. Sosok Partai Republik, yang konservatif itu, digantikan dengan kekuatan politik baru, yang lebih ekstrim, yaitu "Tea Party".
"Tea Party" menolak setiap pendekatan dan kompromi dengan Islam dan umat Islam. Pandangan-pandangannya sangat konservatif terhadap Islam dan umat Islam dalam pengertian yang negatif. Karena itu, para pemimpin "Tea Party" terus mendorong kebijakan luar negeri Amerika Serikat dengan pendekatan yang bersifat "konfrontatif" terhadap dunia Islam, yaitu perang.
Tea Party tidak ada hubungannya dengan ISLAM. Tapi kalau Islam itu akan merusak konstitusi maka bagi mereka No Compromise or Zero Tolerance.
Sama dengan Indonesia kalau rakyat memegang teguh Dasar Negara Pancasila maka tak akan terjadi kekacauan membawa-bawa agama dan aka nada pembunuhan sadis atas dasar agama.
He..he…rasanya kalau percakapan tidak membawa Amerika memang kurang afdol gitu ya……penyakit!!
From: mediacare-hHKSG33TihhbjbujkaE4pw@public.gmane.org [mailto:mediacare-hHKSG33TihhbjbujkaE4pw@public.gmane.org] On Behalf Of sultan Badui
Sent: Friday, August 12, 2011 11:34 PM
To: MU; mediacare-hHKSG33TihhbjbujkaE4pw@public.gmane.org
Cc: sabili
Subject: [mediacare] Sepinya gereja dan maraknya Islam
Sent: Friday, August 12, 2011 11:34 PM
To: MU; mediacare-hHKSG33TihhbjbujkaE4pw@public.gmane.org
Cc: sabili
Subject: [mediacare] Sepinya gereja dan maraknya Islam
Bunyi dentang Gereja terdengar. Tetapi, tak ada sambutan jemaah. Seakan semuanya diam. Tak ada lagi yang tertarik pergi ke Gereja. Gereja menjadi kosong. Tak ada lagi yang berminat pergi ke Gereja. Minggu bukan lagi yang dinanti. Anak-anak muda melewatkan Minggu, tanpa harus bertemu dengan Rohaniawan mereka. Inilah fenomena di Barat.
Sejatinya masyarakat Barat sekuler dan materialis, tak lagi butuh agama. Agama menjadi masa lalu. Kehidupan mereka tak lagi membutuhkan agama. Kehidupan mereka terbebas dari agama. Agama hanya di Gereja-Gereja. Di luar Gereja tak ada lagi agama. Karena itu, di Barat terjadi pemisahan antara agama dengan kehidupan secara ketat. Semuanya terpisah. Agama tidak memiliki relasi dan otoritas apapun dengan kehidupan sehari-hari.
Mengapa sekarang menyeruak ke seluruh dunia Barat, dentang yang begitu keras, seperti dentang Gereja, yang mengajak phobia dan paranoid (takut) terhadap Islam dan Umat Islam?
Sekarang muncul gerakan yang begitu massif, meneriakkan jargon phobia terhadap Islam? Islam dan umat Islam didifinisikan menjadi ancaman masa depan mereka. Islam sangat menakutkan. Islam dan umat Islam menjadi sosok, yang sangat menakutkan, seperti ketika "Era Perang Dingin", seperti Barat menghadapi ancaman Komunisme. Bahkan Presiden George Bush, menyebutkan Islam dan umat Islam sebagai "Evil" (setan).
Di seluruh Uni Eropa muncul kelompok "Sayap Kanan", yang dimulai dari Belanda, dan digerakkan oleh politisi "Sayap Kanan" Geerd Wilders. Di Perancis, lebih ekstrim lagi, tokoh "Sayap Kanan", yang terkemuka Le Pen, dan menginginkan agar seluruh Perancis, dibersihkan dari kotoran yang "najis", yaitu imigran Muslim.
Gerakan "Sayap Kanan" di seluruh Uni Eropa meningkat dengan sangat pesat, dan menjadi kekuatan politik baru, yang sangat kuat. Seluruh kekuatan politik "Sayap Kanan" di Eropa masuk parlemen, dan mempunyai nilai tawar (bargaining) yang kuat dengan partai-partai yang berkuasa. Karena itu, kelompok "Sayap Kanan" menjadi penentu dalam semua koalisi partai-partai yang menang pemilu.
Di Amerika kekuatan "Sayap kanan" sekarang menjadi sosok, yang menjelma sebagai sebuah sosok, yang sangat puritan, dan menolak setiap pendekatan kepada Islam dan umat Islam. Sosok Partai Republik, yang konservatif itu, digantikan dengan kekuatan politik baru, yang lebih ekstrim, yaitu "Tea Party".
"Tea Party" menolak setiap pendekatan dan kompromi dengan Islam dan umat Islam. Pandangan-pandangannya sangat konservatif terhadap Islam dan umat Islam dalam pengertian yang negatif. Karena itu, para pemimpin "Tea Party" terus mendorong kebijakan luar negeri Amerika Serikat dengan pendekatan yang bersifat "konfrontatif" terhadap dunia Islam, yaitu perang.
Peristiwa yang terjadi di Oslo (Norwegia), "massacre" (pembantaian) oleh Andres Breivik, buka sesuatu yang mengejutkan. Andres Breiviek hanya merefleksikan phobia dan paranoid (ketakutan) Barat terhadap Islam dan umat Islam. Semua tindakan yang dilakukan Andres Breivik, seperti tidak dapat dicerna oleh "commonsense" akal sehat, bagaimana masyarakat Barat yang rasional, bisa melakukan sesuatu yang tidak rasional?
Realitas masyarakat di dunia Barat telah mengalami stagnan (mandeg) dalam regenerasi. Pertumbuhan penduduknya (growth population) mengalami "zero" (nol). Bahkan di beberapa negara mengalami "minus". Karena itu, tingkat populasi mereka terus menyusut.
Negara-negara di kawasan Skandinavia pertumbuhan penduduknya mengalami "minus". Italia, Perancis, Jerman, Belanda, Inggris, dan Belgia, pertumbuhan penduduknya stagnan, dan sebagian "minus". Hanya Portugal yang masih mengalami pertumbuhan penduduk, tetapi sangat kecil hanya, 0,5 persen. Di Jerman, setiap keluarga yang mau melahirkan anak, pemerintah memberikan insentif.
Sama halnya dengan Rusia, dan negara-negara di kawasan Baltik, yang mengalami penyusutan, dan "minus" pertumbuhan penduduknya. Di Rusia pertumbuhan penduduknya mengalami penyusutan, dan sekarang penduduknya hanya tinggal 90 juta jiwa. Karena itu, prediksi-prediksi dalam waktu lima puluh tahun mendatang, Rusia akan menjadi negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Fenomena di Rusia ini, berlaku pula di seluruh zona Eropa, di mana pertumbuhan penduduknya seluruh kawasan itu, terus mengalami penyusutan, secara drastis. Sekarang hampir di seluruh Uni Eropa, jumlah orang-orang tua (gerentologi) mengalami kenaikan yang tajam, setiap tahunnya. Di daratan Eropa jumlah orang yang berusia di atas 55 tahun, mencapai 60 persen. Sama halnya di Amerika Serikat jumlah orang-orang tua, diatas usia 65 tahun, dan terus meningkat, generasinya Bill Clinton, bertambah banyak, mencapai 70 persen.
Di Amerika Serikat dana jaminan sosial yang digunakan untuk orang-orang lanjut usia, jumlahnya mencapai $ 3 triliun dollar. Ini hanya menjadi indkator betapa besarnya tanggungan negara bagi orang-orang yang lanjut usia.
Di negara-negara Barat, Eropa dan Amerika, nantinya akan dipenuhi manusia yang lanjut usia, yang sudah tidak lagi produktif. Inilah salah satu faktor, mengapa ekonomi di negara-negara Barat terus melambat. Karena mayoritas penduduk, adalah orang-orang tua yang sudah tidak produktif lagi. Proses penuaan penduduk dan pertumbuhan penduduk yang "zero" dan "minus", yang menjadi ancaman mendasar masyarakat Kapitalis Barat.
Masyarakat Barat yang sekuler dan materialis, dan mempunyai sikap individualis, "credo"nya (aqidahnya), adalah kenikmatan dunia (hedonis). Karena itu, tujuan mereka hanyalah mendapatkan kenikmatan duniawi semata. Tanpa ada tanggung jawab. Inilah esensi yang sebenarnya, yang menjadi ancaman bagi masa depan mereka, bukan Islam dan umat Islam.
Mereka melakukan sek bebas. Mereka mau melakukan hubungan sek, tetapi mereka menolak mempunyai anak. Mereka hidup bersama (kumpul kebo), tanpa ada tanggung jawab, karena itu pasangan-pasangan di Barat, menolak mempunyai anak. Anak menjadi beban bagi mereka.
Di Rusia, Perdana Menteri Vladimir Putin, membuat kebijakan, bagi siapa saja yang bersedia melahirkan anak, anak pertama akan mendapat isentif 5000 rubel. Tetapi, tak ada perempuan Rusia yang menanggapi kebijakan Putin itu. Di Jerman, pemerintahnya juga memberikan insentif bagi perempuan yang mau melahirkan anak, tetap tak banyak yang menanggapinya.
Banyak "single parent", wanita mempunyai anak, tanpa bapak, dan banyak bapak yang mempunyai anak, tanpa ibu. Inilah fenomena di masyarakat Barat. Melakukan sek bebas dan kumpul kebo itu, sudah menjadi kelaziman. Tak ada sanksi agama dan sosial. Semuanya berjalan dengan biasa.
Sementara itu, populasi Muslim di Barat terus tumbuh dengan pesat, dan jumlahnya terus meningkat. Populasi penduduknya rata-rata mengalami peningkatan 2,5 - 4 persen setiap tahunnya. Sekurang-kurangnya keluarga Muslim mempunyai 3-5 orang anak. Maka, di Barat masyarakatnya mengalami kecemasan melihat adanya Muslim "baby booming", yang terus terjadi setiap tahunnya.
Prediksi-prediksi yang dibuat berbagai lembaga survey, di masa depan, pasti akan mengalami pergeseran populasi penduduk di Barat, dan populasi Muslim akan menjadi mayoritas. Di kalangan Muslim tidak ada yang disebut "birth control". Semuanya berlangsung secara alamiah.
Karena itu, Barat mengalami phobia dan paranoit, yang sangat berlebihan terhadap Islam dan umat Islam. Padahal, semuanya ancaman masa depan mereka itu, berasal dari dalam diri mereka sendiri. Bukan dari Islam dan umat Islam. Wallahu'alam.
Sejatinya masyarakat Barat sekuler dan materialis, tak lagi butuh agama. Agama menjadi masa lalu. Kehidupan mereka tak lagi membutuhkan agama. Kehidupan mereka terbebas dari agama. Agama hanya di Gereja-Gereja. Di luar Gereja tak ada lagi agama. Karena itu, di Barat terjadi pemisahan antara agama dengan kehidupan secara ketat. Semuanya terpisah. Agama tidak memiliki relasi dan otoritas apapun dengan kehidupan sehari-hari.
Mengapa sekarang menyeruak ke seluruh dunia Barat, dentang yang begitu keras, seperti dentang Gereja, yang mengajak phobia dan paranoid (takut) terhadap Islam dan Umat Islam?
Sekarang muncul gerakan yang begitu massif, meneriakkan jargon phobia terhadap Islam? Islam dan umat Islam didifinisikan menjadi ancaman masa depan mereka. Islam sangat menakutkan. Islam dan umat Islam menjadi sosok, yang sangat menakutkan, seperti ketika "Era Perang Dingin", seperti Barat menghadapi ancaman Komunisme. Bahkan Presiden George Bush, menyebutkan Islam dan umat Islam sebagai "Evil" (setan).
Di seluruh Uni Eropa muncul kelompok "Sayap Kanan", yang dimulai dari Belanda, dan digerakkan oleh politisi "Sayap Kanan" Geerd Wilders. Di Perancis, lebih ekstrim lagi, tokoh "Sayap Kanan", yang terkemuka Le Pen, dan menginginkan agar seluruh Perancis, dibersihkan dari kotoran yang "najis", yaitu imigran Muslim.
Gerakan "Sayap Kanan" di seluruh Uni Eropa meningkat dengan sangat pesat, dan menjadi kekuatan politik baru, yang sangat kuat. Seluruh kekuatan politik "Sayap Kanan" di Eropa masuk parlemen, dan mempunyai nilai tawar (bargaining) yang kuat dengan partai-partai yang berkuasa. Karena itu, kelompok "Sayap Kanan" menjadi penentu dalam semua koalisi partai-partai yang menang pemilu.
Di Amerika kekuatan "Sayap kanan" sekarang menjadi sosok, yang menjelma sebagai sebuah sosok, yang sangat puritan, dan menolak setiap pendekatan kepada Islam dan umat Islam. Sosok Partai Republik, yang konservatif itu, digantikan dengan kekuatan politik baru, yang lebih ekstrim, yaitu "Tea Party".
"Tea Party" menolak setiap pendekatan dan kompromi dengan Islam dan umat Islam. Pandangan-pandangannya sangat konservatif terhadap Islam dan umat Islam dalam pengertian yang negatif. Karena itu, para pemimpin "Tea Party" terus mendorong kebijakan luar negeri Amerika Serikat dengan pendekatan yang bersifat "konfrontatif" terhadap dunia Islam, yaitu perang.
Peristiwa yang terjadi di Oslo (Norwegia), "massacre" (pembantaian) oleh Andres Breivik, buka sesuatu yang mengejutkan. Andres Breiviek hanya merefleksikan phobia dan paranoid (ketakutan) Barat terhadap Islam dan umat Islam. Semua tindakan yang dilakukan Andres Breivik, seperti tidak dapat dicerna oleh "commonsense" akal sehat, bagaimana masyarakat Barat yang rasional, bisa melakukan sesuatu yang tidak rasional?
Realitas masyarakat di dunia Barat telah mengalami stagnan (mandeg) dalam regenerasi. Pertumbuhan penduduknya (growth population) mengalami "zero" (nol). Bahkan di beberapa negara mengalami "minus". Karena itu, tingkat populasi mereka terus menyusut.
Negara-negara di kawasan Skandinavia pertumbuhan penduduknya mengalami "minus". Italia, Perancis, Jerman, Belanda, Inggris, dan Belgia, pertumbuhan penduduknya stagnan, dan sebagian "minus". Hanya Portugal yang masih mengalami pertumbuhan penduduk, tetapi sangat kecil hanya, 0,5 persen. Di Jerman, setiap keluarga yang mau melahirkan anak, pemerintah memberikan insentif.
Sama halnya dengan Rusia, dan negara-negara di kawasan Baltik, yang mengalami penyusutan, dan "minus" pertumbuhan penduduknya. Di Rusia pertumbuhan penduduknya mengalami penyusutan, dan sekarang penduduknya hanya tinggal 90 juta jiwa. Karena itu, prediksi-prediksi dalam waktu lima puluh tahun mendatang, Rusia akan menjadi negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Fenomena di Rusia ini, berlaku pula di seluruh zona Eropa, di mana pertumbuhan penduduknya seluruh kawasan itu, terus mengalami penyusutan, secara drastis. Sekarang hampir di seluruh Uni Eropa, jumlah orang-orang tua (gerentologi) mengalami kenaikan yang tajam, setiap tahunnya. Di daratan Eropa jumlah orang yang berusia di atas 55 tahun, mencapai 60 persen. Sama halnya di Amerika Serikat jumlah orang-orang tua, diatas usia 65 tahun, dan terus meningkat, generasinya Bill Clinton, bertambah banyak, mencapai 70 persen.
Di Amerika Serikat dana jaminan sosial yang digunakan untuk orang-orang lanjut usia, jumlahnya mencapai $ 3 triliun dollar. Ini hanya menjadi indkator betapa besarnya tanggungan negara bagi orang-orang yang lanjut usia.
Di negara-negara Barat, Eropa dan Amerika, nantinya akan dipenuhi manusia yang lanjut usia, yang sudah tidak lagi produktif. Inilah salah satu faktor, mengapa ekonomi di negara-negara Barat terus melambat. Karena mayoritas penduduk, adalah orang-orang tua yang sudah tidak produktif lagi. Proses penuaan penduduk dan pertumbuhan penduduk yang "zero" dan "minus", yang menjadi ancaman mendasar masyarakat Kapitalis Barat.
Masyarakat Barat yang sekuler dan materialis, dan mempunyai sikap individualis, "credo"nya (aqidahnya), adalah kenikmatan dunia (hedonis). Karena itu, tujuan mereka hanyalah mendapatkan kenikmatan duniawi semata. Tanpa ada tanggung jawab. Inilah esensi yang sebenarnya, yang menjadi ancaman bagi masa depan mereka, bukan Islam dan umat Islam.
Mereka melakukan sek bebas. Mereka mau melakukan hubungan sek, tetapi mereka menolak mempunyai anak. Mereka hidup bersama (kumpul kebo), tanpa ada tanggung jawab, karena itu pasangan-pasangan di Barat, menolak mempunyai anak. Anak menjadi beban bagi mereka.
Di Rusia, Perdana Menteri Vladimir Putin, membuat kebijakan, bagi siapa saja yang bersedia melahirkan anak, anak pertama akan mendapat isentif 5000 rubel. Tetapi, tak ada perempuan Rusia yang menanggapi kebijakan Putin itu. Di Jerman, pemerintahnya juga memberikan insentif bagi perempuan yang mau melahirkan anak, tetap tak banyak yang menanggapinya.
Banyak "single parent", wanita mempunyai anak, tanpa bapak, dan banyak bapak yang mempunyai anak, tanpa ibu. Inilah fenomena di masyarakat Barat. Melakukan sek bebas dan kumpul kebo itu, sudah menjadi kelaziman. Tak ada sanksi agama dan sosial. Semuanya berjalan dengan biasa.
Sementara itu, populasi Muslim di Barat terus tumbuh dengan pesat, dan jumlahnya terus meningkat. Populasi penduduknya rata-rata mengalami peningkatan 2,5 - 4 persen setiap tahunnya. Sekurang-kurangnya keluarga Muslim mempunyai 3-5 orang anak. Maka, di Barat masyarakatnya mengalami kecemasan melihat adanya Muslim "baby booming", yang terus terjadi setiap tahunnya.
Prediksi-prediksi yang dibuat berbagai lembaga survey, di masa depan, pasti akan mengalami pergeseran populasi penduduk di Barat, dan populasi Muslim akan menjadi mayoritas. Di kalangan Muslim tidak ada yang disebut "birth control". Semuanya berlangsung secara alamiah.
Karena itu, Barat mengalami phobia dan paranoit, yang sangat berlebihan terhadap Islam dan umat Islam. Padahal, semuanya ancaman masa depan mereka itu, berasal dari dalam diri mereka sendiri. Bukan dari Islam dan umat Islam. Wallahu'alam.
Stop..!!. Bisnis Reseller Tanpa Modal, Produk Organik Alami Back to Nature, Potensi Jutaan Seminggu Pendaftaran Gratis Mau? SELENGKAPNYA KLIK DISINI
Fenomena Sepinya Gereja di Eropa
Reviewed by Adhin Busro
on
17.32
Rating:
Post a Comment