Teknik Hypnoselling Menciptakan Trance Sebelum Persuasif
Artikel kali ini tentang hypnoselling yaitu sebuah skill menjual dengan memanfaatkan otak reptil manusia. Untuk kali ini Teknik Hypnoselling Menciptakan Trance Sebelum Persuasif. Jangan lupa teman2 baca dulu Definisi & Pengertian Apa Itu HypnoSelling & Manfaatnya KLIK DISINI
Teknik Hypnoselling Menciptakan Trance Sebelum Persuasif
Berikut ini Teknik Hypnoselling Menciptakan Trance Sebelum Persuasif. Referensi ebook Hypnosis for selling willy wong.pdf, selamat menyimak ya?
Dalam artikel sebelumnya telah dibahas bagaimana Hypnosis for Selling mengacu pada pemberian sugesti secara tidak langsung dan bersifat Permissive (ajakan/bujukan).
Penggunaan teknik komunikasi yang mengacu pada prinsip-prinsip Ericksonian diterapkan saat calon pembeli / prospek dalam kondisi sadar sepenuhnya ini disebut sebagai waking hypnosis (hipnosis secara sadar).
Penggunaan istilah waking hypnosis pertama kali dicetuskan oleh Wesley Wells tahun 1924 dan dimuat dalam buku tulisannya yang terbit lima tahun sesudahnya dan berjudul “An Outline of Abnormal Psychology”. Ia berpendapat bahwa meskipun seseorang masih dalam keadaan membuka mata, ia masih tetap dapat terhipnosis. Lewat berbagai riset ditemukan adanya perubahan gelombang otak saat kondisi trance mulai dicapai. Perubahan tersebut dapat diukur dengan menggunakan EEG (electroencephalograph), dan secara garis besar gelombang otak tersebut dibedakan dalam 4 jenis, yaitu:
Dalam kondisi normal saat kita melakukan pekerjaan sehari-hari, gelombang otak yang dominan adalah Beta. Saat seseorang dalam keadaan rileks dan mulai terhipnosis, gelombang otak yang dominan mulai bergeser dari Beta ke Alpha (trance ringan / light trance).
Trance merupakan kondisi dimana pikiran sadar (conscious mind) kita tidak lagi memegang kendali seutuhnya dan mulai digantikan oleh pikiran bawah sadar (subconscious mind).
Semakin dalam orang masuk dalam kondisi hipnosis, semakin rendah gelombang otaknya, mulai ke Theta (medium trance), dan Delta (high trance).
Joe Vitale, salah seorang kontributor dari film dokumenter dan buku fenomenal “The Secret”, menulis dalam bukunya yang berjudul “Hypnotic Writing” (2007) bahwa trance dapat pula dicapai dalam kondisi waking hypnosis, seperti halnya yang terjadi saat kita menonton film dengan asyik atau larut membaca buku yang bagus.
Trance dalam kondisi waking hypnosis yang demikian ini dinyatakan sebagai konsentrasi perhatian. Dan pada saat trance yang seperti inilah penawaran barang/jasa dilakukan.
Hal ini diperjelas dalam bukunya yang lain yang berjudul “Buying Trances” (2007). Trance dalam penjualan terjadi saat calon pembeli / prospek mulai mencapai keadaan rileks, tenang, dan menaruh perhatian kepada si penjual.
Dalam hal ini trance yang dicapai dalam penjualan adalah light trance (pada kondisi Alpha), karena dalam proses penjualan tidak diperlukan tindakan hipnosis untuk membawa ke kedalaman yang lebih rendah seperti Theta dan Delta.
Seperti seorang penghipnosis yang haruslah membawa subjeknya menuju ke keadaan trance terlebih dahulu sebelum memasukkan sugesti, demikian pulalah seharusnya seorang penjual bertindak. Dengan konsep Hypnosis for Selling, penjual yang baik selayaknya mampu membawa calon pembeli / prospek untuk dibawa ke kondisi „trance', yang berarti calon pembeli / prospek telah memberikan perhatian kepada barang/jasa yang ditawarkan penjual tersebut. Apabila calon pembeli / prospek telah berada dalam kondisi „trance‟, akan sangat mudah bagi penjual untuk menutupnya (close the sales).
Sebenarnya inilah hakikat dari konsep Hypnosis for Selling sebagai suatu teknik penjualan dengan pola-pola hipnosis. Sebagaimana misalnya dalam hipnosis panggung (stage hypnosis), sebelum subjek terhipnotis belum dibawa ke dalam kondisi trance, akan sangat mustahil subjek disugesti untuk menghilangkan angka 6 dalam pikirannya, melupakan namanya sendiri, dan hal-hal menarik lainnya!
Tentu saja perilaku yang sama akan ditunjukkan oleh calon pembeli / prospek, sebelum ia memusatkan perhatiannya kepada perkataan Anda, saran-saran persuasif akan sulit diterima.
Sering kali dalam pelatihan penjualan yang saya selenggarakan, beberapa tenaga penjual yang telah cukup mumpuni berdiskusi kepada saya tentang teknik penutupan penjualan yang efektif. Rata-rata dari mereka telah menguasai teknik penutupan dengan asumsi (assumption close), alternatif (alternate close), dan lain sebagainya. Namun tidak jarang hasil yang mereka terima malahan berkebalikan dari apa yang diharapkan.
Setelah kalimat-kalimat yang sarat akan muatan teknik penutupan dilontarkan, bukannya calon pembeli / prospek secara serta-merta menyetujui penawaran, namun langsung bereaksi secara kurang lebih demikian: “Tunggu, tunggu! Bukankah saya belum memutuskan untuk membeli?”, atau pula setidaknya mereka mengisyaratkan penolakan (resistensi) secara tersirat.
Teknik-teknik penjualan yang seperti ini bukannya tidak efektif, Pembaca, justru malahan teknik ini sangat powerful sekali untuk digunakan. Dari diskusi yang kami lakukan, sebagian besar dari tenaga penjual menyetujui pemecahan masalah bahwa teknik ini tidak berjalan karena digunakan sebelum calon pembeli / prospek mencapai kondisi „trance‟!
Dengan kata lain, seperti halnya sugesti akhir yang hanya bisa diterima apabila subjek telah mencapai kondisi trance, demikian pula closing techniques yang selayaknya dilakukan hanya sesudah calon pembeli / prospek mencapai „trance‟. Tanpa membawa calon pembeli / prospek kepada „trance‟, hampir mustahil penjualan terjadi.
Maka, sebelum sebuah penjualan dimulai, upaya-upaya untuk menciptakan 'trance' bagi calon pembeli / prospek mutlak diperlukan. Hal yang nampaknya sepele tetapi memegang pengaruh yang sangat dominan terhadap peluang keberhasilan penjualan.
Bagaimana melakukan „trance‟ kepada calon pembeli / prospek? Tindakan ini dapat dilakukan dengan menerapkan konsep hipnosis pada umumnya, mulai dari membina Rapport hingga penggunaan pola bahasa sugestif, yang kemudian diintegrasikan secara khusus untuk kegiatan penjualan. Penjelasan mengenai ini akan saya bahas lebih lanjut pada bab berikutnya.
BACA SAMBUNGANNYA DISINI KLIK
Download Ebook Hypnosis for selling willy wong.pdf
Adakah teknik yang lainnya? Jawabannya ada
Bagaimana dengan teknik hypnoselling selanjutnya? Untuk selengkapnya tentang definisi & Pengertian Apa Itu HypnoSelling & Manfaatnya serta teknik-tekniknya silahkan download ebooknya gratis. Download Gratis Hypnosis for selling willy wong.pdf klik gambar dibawah ini.
Demikian salah satu teknik dalam hypnoselling yaitu Teknik Hypnoselling Menciptakan Trance Sebelum Persuasif. Dan juga Definisi & Pengertian Apa Itu HypnoSelling & Manfaatnya sudah dibahas dalam artikel sebelumnya.
Download dan share ke teman anda ya?
Sukses
Berikut ini Teknik Hypnoselling Menciptakan Trance Sebelum Persuasif. Referensi ebook Hypnosis for selling willy wong.pdf, selamat menyimak ya?
Dalam artikel sebelumnya telah dibahas bagaimana Hypnosis for Selling mengacu pada pemberian sugesti secara tidak langsung dan bersifat Permissive (ajakan/bujukan).
Penggunaan teknik komunikasi yang mengacu pada prinsip-prinsip Ericksonian diterapkan saat calon pembeli / prospek dalam kondisi sadar sepenuhnya ini disebut sebagai waking hypnosis (hipnosis secara sadar).
Penggunaan istilah waking hypnosis pertama kali dicetuskan oleh Wesley Wells tahun 1924 dan dimuat dalam buku tulisannya yang terbit lima tahun sesudahnya dan berjudul “An Outline of Abnormal Psychology”. Ia berpendapat bahwa meskipun seseorang masih dalam keadaan membuka mata, ia masih tetap dapat terhipnosis. Lewat berbagai riset ditemukan adanya perubahan gelombang otak saat kondisi trance mulai dicapai. Perubahan tersebut dapat diukur dengan menggunakan EEG (electroencephalograph), dan secara garis besar gelombang otak tersebut dibedakan dalam 4 jenis, yaitu:
- Beta (14-30 Hertz)
- Alpha (8-14 Hertz)
- Theta (4-8 Hertz)
- Delta (0-4 Hertz)
Dalam kondisi normal saat kita melakukan pekerjaan sehari-hari, gelombang otak yang dominan adalah Beta. Saat seseorang dalam keadaan rileks dan mulai terhipnosis, gelombang otak yang dominan mulai bergeser dari Beta ke Alpha (trance ringan / light trance).
Trance merupakan kondisi dimana pikiran sadar (conscious mind) kita tidak lagi memegang kendali seutuhnya dan mulai digantikan oleh pikiran bawah sadar (subconscious mind).
Semakin dalam orang masuk dalam kondisi hipnosis, semakin rendah gelombang otaknya, mulai ke Theta (medium trance), dan Delta (high trance).
Joe Vitale, salah seorang kontributor dari film dokumenter dan buku fenomenal “The Secret”, menulis dalam bukunya yang berjudul “Hypnotic Writing” (2007) bahwa trance dapat pula dicapai dalam kondisi waking hypnosis, seperti halnya yang terjadi saat kita menonton film dengan asyik atau larut membaca buku yang bagus.
Trance dalam kondisi waking hypnosis yang demikian ini dinyatakan sebagai konsentrasi perhatian. Dan pada saat trance yang seperti inilah penawaran barang/jasa dilakukan.
Hal ini diperjelas dalam bukunya yang lain yang berjudul “Buying Trances” (2007). Trance dalam penjualan terjadi saat calon pembeli / prospek mulai mencapai keadaan rileks, tenang, dan menaruh perhatian kepada si penjual.
Dalam hal ini trance yang dicapai dalam penjualan adalah light trance (pada kondisi Alpha), karena dalam proses penjualan tidak diperlukan tindakan hipnosis untuk membawa ke kedalaman yang lebih rendah seperti Theta dan Delta.
Seperti seorang penghipnosis yang haruslah membawa subjeknya menuju ke keadaan trance terlebih dahulu sebelum memasukkan sugesti, demikian pulalah seharusnya seorang penjual bertindak. Dengan konsep Hypnosis for Selling, penjual yang baik selayaknya mampu membawa calon pembeli / prospek untuk dibawa ke kondisi „trance', yang berarti calon pembeli / prospek telah memberikan perhatian kepada barang/jasa yang ditawarkan penjual tersebut. Apabila calon pembeli / prospek telah berada dalam kondisi „trance‟, akan sangat mudah bagi penjual untuk menutupnya (close the sales).
Sebenarnya inilah hakikat dari konsep Hypnosis for Selling sebagai suatu teknik penjualan dengan pola-pola hipnosis. Sebagaimana misalnya dalam hipnosis panggung (stage hypnosis), sebelum subjek terhipnotis belum dibawa ke dalam kondisi trance, akan sangat mustahil subjek disugesti untuk menghilangkan angka 6 dalam pikirannya, melupakan namanya sendiri, dan hal-hal menarik lainnya!
Tentu saja perilaku yang sama akan ditunjukkan oleh calon pembeli / prospek, sebelum ia memusatkan perhatiannya kepada perkataan Anda, saran-saran persuasif akan sulit diterima.
Sering kali dalam pelatihan penjualan yang saya selenggarakan, beberapa tenaga penjual yang telah cukup mumpuni berdiskusi kepada saya tentang teknik penutupan penjualan yang efektif. Rata-rata dari mereka telah menguasai teknik penutupan dengan asumsi (assumption close), alternatif (alternate close), dan lain sebagainya. Namun tidak jarang hasil yang mereka terima malahan berkebalikan dari apa yang diharapkan.
Setelah kalimat-kalimat yang sarat akan muatan teknik penutupan dilontarkan, bukannya calon pembeli / prospek secara serta-merta menyetujui penawaran, namun langsung bereaksi secara kurang lebih demikian: “Tunggu, tunggu! Bukankah saya belum memutuskan untuk membeli?”, atau pula setidaknya mereka mengisyaratkan penolakan (resistensi) secara tersirat.
Teknik-teknik penjualan yang seperti ini bukannya tidak efektif, Pembaca, justru malahan teknik ini sangat powerful sekali untuk digunakan. Dari diskusi yang kami lakukan, sebagian besar dari tenaga penjual menyetujui pemecahan masalah bahwa teknik ini tidak berjalan karena digunakan sebelum calon pembeli / prospek mencapai kondisi „trance‟!
Dengan kata lain, seperti halnya sugesti akhir yang hanya bisa diterima apabila subjek telah mencapai kondisi trance, demikian pula closing techniques yang selayaknya dilakukan hanya sesudah calon pembeli / prospek mencapai „trance‟. Tanpa membawa calon pembeli / prospek kepada „trance‟, hampir mustahil penjualan terjadi.
Maka, sebelum sebuah penjualan dimulai, upaya-upaya untuk menciptakan 'trance' bagi calon pembeli / prospek mutlak diperlukan. Hal yang nampaknya sepele tetapi memegang pengaruh yang sangat dominan terhadap peluang keberhasilan penjualan.
Bagaimana melakukan „trance‟ kepada calon pembeli / prospek? Tindakan ini dapat dilakukan dengan menerapkan konsep hipnosis pada umumnya, mulai dari membina Rapport hingga penggunaan pola bahasa sugestif, yang kemudian diintegrasikan secara khusus untuk kegiatan penjualan. Penjelasan mengenai ini akan saya bahas lebih lanjut pada bab berikutnya.
BACA SAMBUNGANNYA DISINI KLIK
Download Ebook Hypnosis for selling willy wong.pdf
Adakah teknik yang lainnya? Jawabannya ada
Demikian salah satu teknik dalam hypnoselling yaitu Teknik Hypnoselling Menciptakan Trance Sebelum Persuasif. Dan juga Definisi & Pengertian Apa Itu HypnoSelling & Manfaatnya sudah dibahas dalam artikel sebelumnya.
Download dan share ke teman anda ya?
Sukses
Stop..!!. Bisnis Reseller Tanpa Modal, Produk Organik Alami Back to Nature, Potensi Jutaan Seminggu Pendaftaran Gratis Mau? SELENGKAPNYA KLIK DISINI
Teknik Hypnoselling Menciptakan Trance Sebelum Persuasif
Reviewed by Adhin Busro
on
15.11
Rating:
Post a Comment