Virus Corona Penyakit Kelas Menengah dan Orang Kaya?
Apakah Virus Corona Penyakit Kelas Menengah dan Orang Kaya? Kata sebagian orang memang begitu. Makanya yang tertular banyak dari kalangan menengah ke atas bahkan para pejabat teras. Bahkan presiden dan perdana menteri tak luput dari keganasan virus ini.
Virus Corona Penyakit Kelas Menengah dan Orang Kaya?
Mungkinkah memang benar Virus Corona Penyakit Kelas Menengah dan Orang Kaya?. Mereka adalah pihak yang paling panik dan cemas. Sementara menengah ke bawah tetap santai keluar rumah mencari sesuap nasi.
Apakah virus corona ini memang hendak untuk memberi peringatan kepada orang kaya? Apakah Tuhan marah kepada orang kaya?
Wallahu A'lam
Mending baca artikel bagus dibawah ini terkait dengan hal diatas. Sumber tulisan dari sahabat WA
---------------------------------
Ayo Bergerak.*
Oleh: Saprillah (Kepala Balai Litbang Agama Makassar)
Kita sepakati saja secara sederhana, bahwa masyarakat terbagi dalam dua kelas sosial yang besar; kelas menengah dan kelas miskin. Kategori ini diturunkan dari analisis kelas Marxisme yang sangat populer itu. Borjuis dan proletar. Agama memperkenalkan istilah si kaya dan si miskin.
Kategori ini, boleh saja, diperdebatkan batasannya. Tetapi, kali ini, saya ingin menggunakannya untuk melihat respons dua kelas sosial yang berbeda terhadap virus Covid-19.
Faktanya, Covid-19 adalah penyakit kelas menengah. Kelompok yang tertular dan menularkannya pertama kali, adalah warga kelas menengah.
Virus ini menyebar melalui relasi internasional kelompok elit. Atau, paling tidak, adalah mereka yang telah pulang dari perjalanan internasional seperti umrah. Pasien-pasien awal bertipikal ini.
Sebagai contoh, pasien 01 dan 02 di Indonesia, adalah seorang seniman tari di Indonesia yang cukup terkenal di kalangan komunitas seni di Indonesia. Ia terpapar oleh koleganya dari Jepang.
Menariknya, dalam kasus pasien 01 dan 02, pembantu rumah tangganya negatif. Contoh ini semakin terlihat benar ketika menteri perhubungan juga terpapar, plus sejumlah berita di media yang menyebutkan, orang-orang dari warga kelas menengah yang terpapar. Di Sulawesi Selatan, begitu juga polanya.
Nah, yang panik dan merespon dengan semangat adalah, juga kelas menengah. Teriakan “social distancing” atau “lock down” adalah teriakan kelas menengah.
Bahasa asing yang digunakan semakin menegaskan watak kelas menengahnya. Mereka saling mengingatkan untuk ‘menjauhi’ virus ini dengan mengubah tindakan sosial dari intim menjadi berjarak.
Kampanye social distancing bergema di kalangan sesama kelas menengah. Gerakan sunyi dan pendekatan spiritual yang bersifat individual juga menggema dari kelas menengah.
Para agawaman kelas menengah pun kompak untuk meniadakan Salat Jumat. Tujuannya jelas, hifdzun nafs, tentu yang dimaksud adalah nafs kelas menengah.
Tampak dengan jelas, bahwa kelas menengah adalah kelompok sosial yang paling rawan, dan sekaligus paling ketakutan menghadapi virus ini.
Gerakan ini tampak cukup sukses di kalangan kelas menengah. Kampus, sekolah, kantor, bahkan masjid ditutup. Mall, hotel, dan warkop tempat kelas menengah berkumpul mulai sepi. Bahkan, Mall Panakukang Makassar sudah merilis pemberitahuan penutupan sementara.
Tanpa perintah tutup pun, mall pasti tutup. Pengunjung mereka adalah kelas menengah yang sedang mengurung diri di rumah. Justru mereka akan mengalami kerugian besar apabila memaksakan tetap buka. Mereka akan kesulitan untuk menanggung beban operasional tanpa dibarengi pemasukan. Pilihan tutup adalah pilihan sangat rasional.
Kelas Menengah
Dasar kelas menengah. Gerakan social distancing mulai dibarengi dengan panic buying, memborong segala keperluan untuk mencukupi hidup mereka selama 14 hari. Masker, hand sanitizer, vitamin c ludes dari pasar.
Para kelas menengah memburu semua resources untuk menyelamatkan diri tanpa memedulikan warga kelas bawah.
Dengan kekuatan ekonomi yang dimiliki, mereka ‘mengurung diri’ di rumah untuk tujuan memutus mata rantai penyebaran virus.
Para kelas menengah ini kemudian tampil di media sosial sebagai pejuang dan petarung dengan cara tidur, dan bersenda-gurau dengan keluarga. Kalau bosan, menonton Youtube dan membuat status heroik di Facebook.
Kelas menengah tanpa sadar menciptakan dan memelihara ‘suasana horor’. Satu data tambahan positif covid segera dialirkan melalui berbagai Grup Whatsapp. Suasana horor semakin tercipta, dan warga kelas menengah semakin ketakutan.
Sikap kelas menengah yang sedang cari selamat ini terancam dengan sikap acuh kelompok kelas bawah. Kaum proletar ini sama sekali tidak terpengaruh dengan virus Covid. Suasana perkampungan tempat saya tinggal tetap berlangsung ‘normal’.
Virus ini tidak mengubah perilaku sosial untuk mengurung diri. Sebagian dari kelas bawah ini justru menertawakan ketakutan kelas menengah terhadap virus ini. Mengapa kelas bawah terlihat santai? Bagi mereka, virus Covid ini adalah penyakit elite. Dan, para elit itu tidak banyak bergaul dengan rakyat kecuali untuk kepentingan yang bersifat politis.
Jika jawaban dari virus ini adalah social distancing, maka mereka pasti selamat. Bukankah jarak sosial (social distance) sudah lama terjadi? Kaum kelas menengah tidak pernah benar-benar menjalin hubungan sosial kecuali untuk kepentingan politik, ekonomi, dan ritual keagamaan.
Bukankah sebagai kelas menengah, waktu kita sudah tersita oleh kesibukan yang kita ciptakan sendiri melalui rekayasa sistem ekonomi kapitalisme? Bukankah kita hanya bertemu dengan tetangga atau orang miskin ketika mereka datang menawarkan sayuran, ikan, atau undangan pernikahan, akikah, dan kematian?
Kelas Bawah
Alasan lain, warga kelas bawah sudah lama hidup dalam kekhawatiran karena ekonomi. Ancaman untuk kelaparan dan tidak mendapatkan penghasilan adalah ancaman klasik, yang sudah mereka rasakan bertahun-tahun.
Untuk bertahan hidup, warga kelas bawah ini sudah terbiasa ‘berdamai’ dengan penyakit yang ada dalam tubuh. Demam, flu, batuk, tb, asalkan masih bisa berkeringat dan mengangkat batu, mereka pasti keluar rumah. Tinggal di rumah sama saja mempercepat kematian.
Pilihan satu-satunya adalah keluar rumah dan mengais di tengah ketidakpastian. Jadi, ketika kampanye social distancing mulai menggema dari kelas menengah, mereka hanya tertawa dan mengumpat.
Kira-kira begini suara hati mereka, woi kalian minta kami tetap di rumah dengan segala bahasa asingmu untuk menyelamatkan jiwa kalian tetapi kami sendiri akan mati di rumah, siapa yang peduli kami?
Jadi, apabila warga kelas menengah ini benar-benar menginginkan social distancing berjalan, hal yang perlu dilakukan bukanlah stay at home saja tetapi juga mengaktifkan jaminan sosial.
Setiap warga kelas menengah harus bergerak untuk memastikan satu keluarga miskin tidak meninggal dunia karena kelaparan dalam kurun waktu social distancing dengan cara menjamin hidupnya.
Jika egoisme kelas masih bertahan dengan memperhatikan keselamatan sendiri, maka apa yang bisa menahan kelas bawah untuk tetap di rumah sambil menahan perut kelaparan? Jangankan untuk membeli masker dan hand sanitizer yang harganya membumbung tinggi. Membeli beras saja mereka belum tentu bisa.
Bisakah sekarang saatnya kita kampanyekan, “Mari berbagi. Selamatkan hidup mereka untuk menyelamatkan hidupmu!”
Ayo bergerak! (*)
pesan sponsor
Bapak Ibu silahkan di save nomer WA ini, setelah di save, japri WA ketik halo , maka akan keluar menu pelayanan nya, mungkin suatu saat ada teman yang memerlukan 🙏
Maka akan dapat jawaban seperti ini
[06.25, 23/3/2020] COVID19 GO. ID: Halo! Selamat datang di Pusat Informasi Covid-19 powered by Kemkominfo RI. Semoga kamu sehat-sehat selalu.
[06.25, 23/3/2020] COVID19 GO. ID: Apa saja sih yang ingin kamu ketahui mengenai Covid-19?
A. Kabar Covid-19 terkini di Indonesia
B. Sebenarnya apa sih Covid-19 itu?
C. Apa saja gejala Covid-19?
D. Bagaimana cara melindungi diri?
E. Bagaimana cara melindungi orang lain?
F. Masker perlu gak sih?
G. Rumah Sakit Rujukan Covid-19.
Ketik A, B, C, D, E, F, atau G, lalu kirim ke kami. Maka, kami akan menjawab pertanyaan kamu.
Bagikan info akurat tentang COVID-19 ke teman dan keluargamu 🙏
www.covid19.go.id
0811 333 99 000
Hotline 119 ext 9 untuk mendapatkan bantuan apabila ada gejala
-------------------------------
Apakah anda orang kaya
Pejabat teras
Kelas menengah
Kelas bawah
Orang miskin
Dll
Tetap pandemi virus corona ini perlu di waspadai. Jangan sampai keluarga kena. Usahakan tetap ikuti instruksi pemerintah ya?
Demikian artikel apakah Virus Corona Penyakit Kelas Menengah dan Orang Kaya?. Semoga bermanfaat. Share Virus Corona Penyakit Kelas Menengah dan Orang Kaya? ke teman anda.
Semoga kita semua tidak tertular virus corona atau covid-19
Aamin
Virus Corona Penyakit Kelas Menengah dan Orang Kaya?
Mungkinkah memang benar Virus Corona Penyakit Kelas Menengah dan Orang Kaya?. Mereka adalah pihak yang paling panik dan cemas. Sementara menengah ke bawah tetap santai keluar rumah mencari sesuap nasi.
Apakah virus corona ini memang hendak untuk memberi peringatan kepada orang kaya? Apakah Tuhan marah kepada orang kaya?
Wallahu A'lam
Mending baca artikel bagus dibawah ini terkait dengan hal diatas. Sumber tulisan dari sahabat WA
---------------------------------
Ayo Bergerak.*
Oleh: Saprillah (Kepala Balai Litbang Agama Makassar)
Kita sepakati saja secara sederhana, bahwa masyarakat terbagi dalam dua kelas sosial yang besar; kelas menengah dan kelas miskin. Kategori ini diturunkan dari analisis kelas Marxisme yang sangat populer itu. Borjuis dan proletar. Agama memperkenalkan istilah si kaya dan si miskin.
Kategori ini, boleh saja, diperdebatkan batasannya. Tetapi, kali ini, saya ingin menggunakannya untuk melihat respons dua kelas sosial yang berbeda terhadap virus Covid-19.
Faktanya, Covid-19 adalah penyakit kelas menengah. Kelompok yang tertular dan menularkannya pertama kali, adalah warga kelas menengah.
Virus ini menyebar melalui relasi internasional kelompok elit. Atau, paling tidak, adalah mereka yang telah pulang dari perjalanan internasional seperti umrah. Pasien-pasien awal bertipikal ini.
Sebagai contoh, pasien 01 dan 02 di Indonesia, adalah seorang seniman tari di Indonesia yang cukup terkenal di kalangan komunitas seni di Indonesia. Ia terpapar oleh koleganya dari Jepang.
Menariknya, dalam kasus pasien 01 dan 02, pembantu rumah tangganya negatif. Contoh ini semakin terlihat benar ketika menteri perhubungan juga terpapar, plus sejumlah berita di media yang menyebutkan, orang-orang dari warga kelas menengah yang terpapar. Di Sulawesi Selatan, begitu juga polanya.
Nah, yang panik dan merespon dengan semangat adalah, juga kelas menengah. Teriakan “social distancing” atau “lock down” adalah teriakan kelas menengah.
Bahasa asing yang digunakan semakin menegaskan watak kelas menengahnya. Mereka saling mengingatkan untuk ‘menjauhi’ virus ini dengan mengubah tindakan sosial dari intim menjadi berjarak.
Kampanye social distancing bergema di kalangan sesama kelas menengah. Gerakan sunyi dan pendekatan spiritual yang bersifat individual juga menggema dari kelas menengah.
Para agawaman kelas menengah pun kompak untuk meniadakan Salat Jumat. Tujuannya jelas, hifdzun nafs, tentu yang dimaksud adalah nafs kelas menengah.
Tampak dengan jelas, bahwa kelas menengah adalah kelompok sosial yang paling rawan, dan sekaligus paling ketakutan menghadapi virus ini.
Gerakan ini tampak cukup sukses di kalangan kelas menengah. Kampus, sekolah, kantor, bahkan masjid ditutup. Mall, hotel, dan warkop tempat kelas menengah berkumpul mulai sepi. Bahkan, Mall Panakukang Makassar sudah merilis pemberitahuan penutupan sementara.
Tanpa perintah tutup pun, mall pasti tutup. Pengunjung mereka adalah kelas menengah yang sedang mengurung diri di rumah. Justru mereka akan mengalami kerugian besar apabila memaksakan tetap buka. Mereka akan kesulitan untuk menanggung beban operasional tanpa dibarengi pemasukan. Pilihan tutup adalah pilihan sangat rasional.
Kelas Menengah
Dasar kelas menengah. Gerakan social distancing mulai dibarengi dengan panic buying, memborong segala keperluan untuk mencukupi hidup mereka selama 14 hari. Masker, hand sanitizer, vitamin c ludes dari pasar.
Para kelas menengah memburu semua resources untuk menyelamatkan diri tanpa memedulikan warga kelas bawah.
Dengan kekuatan ekonomi yang dimiliki, mereka ‘mengurung diri’ di rumah untuk tujuan memutus mata rantai penyebaran virus.
Para kelas menengah ini kemudian tampil di media sosial sebagai pejuang dan petarung dengan cara tidur, dan bersenda-gurau dengan keluarga. Kalau bosan, menonton Youtube dan membuat status heroik di Facebook.
Kelas menengah tanpa sadar menciptakan dan memelihara ‘suasana horor’. Satu data tambahan positif covid segera dialirkan melalui berbagai Grup Whatsapp. Suasana horor semakin tercipta, dan warga kelas menengah semakin ketakutan.
Sikap kelas menengah yang sedang cari selamat ini terancam dengan sikap acuh kelompok kelas bawah. Kaum proletar ini sama sekali tidak terpengaruh dengan virus Covid. Suasana perkampungan tempat saya tinggal tetap berlangsung ‘normal’.
Virus ini tidak mengubah perilaku sosial untuk mengurung diri. Sebagian dari kelas bawah ini justru menertawakan ketakutan kelas menengah terhadap virus ini. Mengapa kelas bawah terlihat santai? Bagi mereka, virus Covid ini adalah penyakit elite. Dan, para elit itu tidak banyak bergaul dengan rakyat kecuali untuk kepentingan yang bersifat politis.
Jika jawaban dari virus ini adalah social distancing, maka mereka pasti selamat. Bukankah jarak sosial (social distance) sudah lama terjadi? Kaum kelas menengah tidak pernah benar-benar menjalin hubungan sosial kecuali untuk kepentingan politik, ekonomi, dan ritual keagamaan.
Bukankah sebagai kelas menengah, waktu kita sudah tersita oleh kesibukan yang kita ciptakan sendiri melalui rekayasa sistem ekonomi kapitalisme? Bukankah kita hanya bertemu dengan tetangga atau orang miskin ketika mereka datang menawarkan sayuran, ikan, atau undangan pernikahan, akikah, dan kematian?
Kelas Bawah
Alasan lain, warga kelas bawah sudah lama hidup dalam kekhawatiran karena ekonomi. Ancaman untuk kelaparan dan tidak mendapatkan penghasilan adalah ancaman klasik, yang sudah mereka rasakan bertahun-tahun.
Untuk bertahan hidup, warga kelas bawah ini sudah terbiasa ‘berdamai’ dengan penyakit yang ada dalam tubuh. Demam, flu, batuk, tb, asalkan masih bisa berkeringat dan mengangkat batu, mereka pasti keluar rumah. Tinggal di rumah sama saja mempercepat kematian.
Pilihan satu-satunya adalah keluar rumah dan mengais di tengah ketidakpastian. Jadi, ketika kampanye social distancing mulai menggema dari kelas menengah, mereka hanya tertawa dan mengumpat.
Kira-kira begini suara hati mereka, woi kalian minta kami tetap di rumah dengan segala bahasa asingmu untuk menyelamatkan jiwa kalian tetapi kami sendiri akan mati di rumah, siapa yang peduli kami?
Jadi, apabila warga kelas menengah ini benar-benar menginginkan social distancing berjalan, hal yang perlu dilakukan bukanlah stay at home saja tetapi juga mengaktifkan jaminan sosial.
Setiap warga kelas menengah harus bergerak untuk memastikan satu keluarga miskin tidak meninggal dunia karena kelaparan dalam kurun waktu social distancing dengan cara menjamin hidupnya.
Jika egoisme kelas masih bertahan dengan memperhatikan keselamatan sendiri, maka apa yang bisa menahan kelas bawah untuk tetap di rumah sambil menahan perut kelaparan? Jangankan untuk membeli masker dan hand sanitizer yang harganya membumbung tinggi. Membeli beras saja mereka belum tentu bisa.
Bisakah sekarang saatnya kita kampanyekan, “Mari berbagi. Selamatkan hidup mereka untuk menyelamatkan hidupmu!”
Ayo bergerak! (*)
pesan sponsor
Saatnya work from home yuk?
Alhamdulillah saya bisa meraih mobil cash tanpa nyicil hanya dalam waktu 6 mingguan. Saya sudah siapkan program untuk anda juga bisa mendapatkannya dalam 6 bulan atau kurang atau uang kembali. Penasaran? KLIK DISINI
Yuk ikut saya gabung bisnis sinergy eco racing, cara termudah dan tercepat mendapatkan mobil idaman keluarga anda. KLIK www.otobest.id
Alhamdulillah saya bisa meraih mobil cash tanpa nyicil hanya dalam waktu 6 mingguan. Saya sudah siapkan program untuk anda juga bisa mendapatkannya dalam 6 bulan atau kurang atau uang kembali. Penasaran? KLIK DISINI
Yuk ikut saya gabung bisnis sinergy eco racing, cara termudah dan tercepat mendapatkan mobil idaman keluarga anda. KLIK www.otobest.id
Khabar gembira Eco Racing sudah buka cabang di Malaysia, Thailand, Philipines dan Brunei Darussalam. Jadilah yang pertama.
Baca dan pelajari baik2 sebelum gabung..
Baca dan pelajari baik2 sebelum gabung..
--------------------------------------
Nomor Whatsapp WA ChatBox Virus Corona Covid-19 Resmi dari Pemerintah
Berikut ini Nomor Whatsapp WA ChatBox Virus Corona Covid-19 Resmi dari Pemerintah, saya ambil dari sumber sebelah.
Bagi warga yang ingin mencari informasi seputar virus Corona, dapat memanfaatkan akun chatbot WhatsApp. Selain mengakses situs Covid-19 yang sudah disediakan pemerintah.
Caranya hampir sama seperti menambah akun kontak WhatsApp. Tinggal memasukkan nomor 081133399000 pada smartphone. Setelah itu beralih dan masuk ke aplikasi WhatsApp. Kemudian cari nomor kontak yang sudah ditambahan.
Akun chatbot WhatsApp tersebut akan tertera COVID19.GO.ID yang disampingnya diberi tanda centang warna hijau, tanda bahwa akun ini telah terverifikasi.
Untuk saat ini, chatbot WhatsApp COVID-19 pemerintah hanya akan memberikan informasi berdasar opsi pertanyaan yang telah dipilih. Mulai dari Kabar Covid-19 terkini di Indonesia, apa itu Covid-19 hingga soal rumah sakit rujukan Covid-19.
Nomor Whatsapp WA ChatBox Virus Corona Covid-19 Resmi dari Pemerintah
Berikut ini Nomor Whatsapp WA ChatBox Virus Corona Covid-19 Resmi dari Pemerintah, saya ambil dari sumber sebelah.
Bagi warga yang ingin mencari informasi seputar virus Corona, dapat memanfaatkan akun chatbot WhatsApp. Selain mengakses situs Covid-19 yang sudah disediakan pemerintah.
Caranya hampir sama seperti menambah akun kontak WhatsApp. Tinggal memasukkan nomor 081133399000 pada smartphone. Setelah itu beralih dan masuk ke aplikasi WhatsApp. Kemudian cari nomor kontak yang sudah ditambahan.
Akun chatbot WhatsApp tersebut akan tertera COVID19.GO.ID yang disampingnya diberi tanda centang warna hijau, tanda bahwa akun ini telah terverifikasi.
Untuk saat ini, chatbot WhatsApp COVID-19 pemerintah hanya akan memberikan informasi berdasar opsi pertanyaan yang telah dipilih. Mulai dari Kabar Covid-19 terkini di Indonesia, apa itu Covid-19 hingga soal rumah sakit rujukan Covid-19.
Nomornya adalah
081133399000
Atau klik https://wa.me/6281133399000
Silahkan save dan tes dengan "Halo"
081133399000
Atau klik https://wa.me/6281133399000
Silahkan save dan tes dengan "Halo"
Maka akan dapat jawaban seperti ini
[06.25, 23/3/2020] COVID19 GO. ID: Halo! Selamat datang di Pusat Informasi Covid-19 powered by Kemkominfo RI. Semoga kamu sehat-sehat selalu.
[06.25, 23/3/2020] COVID19 GO. ID: Apa saja sih yang ingin kamu ketahui mengenai Covid-19?
A. Kabar Covid-19 terkini di Indonesia
B. Sebenarnya apa sih Covid-19 itu?
C. Apa saja gejala Covid-19?
D. Bagaimana cara melindungi diri?
E. Bagaimana cara melindungi orang lain?
F. Masker perlu gak sih?
G. Rumah Sakit Rujukan Covid-19.
Ketik A, B, C, D, E, F, atau G, lalu kirim ke kami. Maka, kami akan menjawab pertanyaan kamu.
Bagikan info akurat tentang COVID-19 ke teman dan keluargamu 🙏
www.covid19.go.id
0811 333 99 000
Hotline 119 ext 9 untuk mendapatkan bantuan apabila ada gejala
-------------------------------
Apakah anda orang kaya
Pejabat teras
Kelas menengah
Kelas bawah
Orang miskin
Dll
Tetap pandemi virus corona ini perlu di waspadai. Jangan sampai keluarga kena. Usahakan tetap ikuti instruksi pemerintah ya?
Demikian artikel apakah Virus Corona Penyakit Kelas Menengah dan Orang Kaya?. Semoga bermanfaat. Share Virus Corona Penyakit Kelas Menengah dan Orang Kaya? ke teman anda.
Semoga kita semua tidak tertular virus corona atau covid-19
Aamin
Stop..!!. Bisnis Reseller Tanpa Modal, Produk Organik Alami Back to Nature, Potensi Jutaan Seminggu Pendaftaran Gratis Mau? SELENGKAPNYA KLIK DISINI
Virus Corona Penyakit Kelas Menengah dan Orang Kaya?
Reviewed by Adhin Busro
on
07.36
Rating:
Post a Comment